UnTitled

UnTitled
Beringin Pelindung Perkasa

23/02/09

Kompetensi Strategi Pembelajaran


Pemahaman dan penerapan KTSP di sekolah-sekolah, menurut pengamatan penulis masih jauh dari harapan. Selain guru belum memahami konstelasi mata pelajaran yang diajarkan dalam kaitannya dengan mata pelajaran lain, guru juga masih melihat berbagai mata pelajaran secara terpisah. Guru masih melihat mata pelajaran berupa "buku teks" belum sebagai " konteks".
Menurut Prof.Suyanto,Ph.D.(Rektor UNJ), guru harus diajak berubah dengan dilatih dan berlatih terus dalam hal menyusun perangkat pembelajaran, penerapan metoda pembelajaran berbasis inquiry, discovery, CTL, evaluasi dan memahami perubahan filosofinya dsb.
Menurut hasil penelitian John Dewey(1916) menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika yang dipelajari terkait dengan apa yang mereka ketahui dan berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di sekelilingnya. Ada beberapa yang dilakukan guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran secara kontekstual, antara lain :
  1. Pembelajaran berbasis masalah (problem solving approach);
  2. Memanfaatkan lingkungan untuk memperolah pengalaman belajar;
  3. Menciptakan aktivitas kelompok;
  4. Menciptakan aktivitas belajar mandiri (indpendence learning);
  5. Menciptakan belajar berkolaborasi dengan masyrakat;
  6. Menerapkan penilaian autentik.
Menurut Johnson (2002:165) penilaian autentik memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan adalah portofolio, tugas kelompok, demonstrasi dan laporan tertulis.
Secara filosofis maupun praktis guru harus memahami hal-hal berikut:
  1. prinsip dasar kerja otak kiri dan kanan;
  2. pendekatan quantum teaching and learning;
  3. konsep multiple intelegece;
  4. taksonomi bloom;
  5. metode CTL;
  6. mengakses internet sebagai sumber belajar;
  7. mengorkestrasi materi yang diajarkan dengan mata pelajaran lain.
Pembelajaran kontekstual hendaknya didasarkan pada terciptanya lima bentuk pembelajaran berikut (http://www.cord.org/lev2.cfm/143,p.1 Depdiknas 2002 b,p.20-21):


  1. Relevansi (relating)
  2. Pengalaman langsung (experiencing).
  3. Aplikasi (applying).
  4. Kerjasama (cooperating).
  5. Alih pengetahuan (transferring).

22/02/09

Multiple Intelegence (MI)


Tes yang dikembangkan oleh Alfet Binet(1904),menurut Gardner (1983) belum mampu mengukur kecerdasan seseorang secara sepenuhnya, karena beru mancakup kecerdasan linguistik,matematis- logis dan spasial-visual saja.Belum meliputi 8 kecerdasan yang ia analisis yakni:kecerdasan linguistik,matematis-logis,spasial-visual,kinestetik-jasmani,musikal,interpersonal,intrapersonal dan kecerdasan naturalis.
Ada dua tahapan yang harus dilakukan agar penerapan strategi pembelajaran MI berhasil dengan optimal:
1). Memberdayakan semua kecerdasan pada setiap mata pelajaran,
Salah satunya dengan mengubah TIK/indikator,misal "siswa dapat membaca puisi dengan intonasi benar di depan kelas" diubah menjadi "siswa dapat membaca puisi dengan intonasi benar di halaman sekolah".
2).Mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa.
Guru harus mengenali kecerdasan yang paling menonjol masing-masing siswa.Kemudian guru harus mampu memberikan layanan individual menyesuaikan potensi keunggulan siswa.Setiap siswa dimotivasi untuk mengoptimalkan kecerdasan keunggulannya sehingga menjadi bermakna baginya sedangkan kecerdasan lain tetap diperhatikan untuk mencapai batas minimal yang ditentukan lembaga pendidikan.

20/02/09

Tips memilih sekolah

Pastikan sekolah yang Anda tuju memiliki ciri-ciri positif berikut:

1.Lingkungan sekolah yang aman dan nyaman;
2.Perhatian terhadap penegakan disiplin tinggi;
3.Terdapat ekskul yang beragam dan apresiatif;
4.Pendidik yang profesional dan berintegritas tinggi;
5.Mutunya diakui oleh mayoritas masyarakat peduli mutu pendidikan;
6.Cepat merespon permasalahan siswa dan melaporkan kepada orang tua siswa.